Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses pembuatan ukiran dekorasi interior Mantingan

Total wilayah Kabupaten Jepara adalah 27.263 KM². Potensi kondisi lingkungan alam ini menyebabkan Jepara tumbuh tidak hanya sebagai kota agraris tetapi juga sebagai kota industri. Bahkan dalam perkembangannya, pertumbuhan sebagai kota industri (kerajinan ukir-furnitur) tumbuh sangat pesat bahkan menjadi andalan di bidang ekonomi masyarakat Jepara.

Hingga saat ini, kota Jepara adalah salah satu kota pusat sentra industri ukiran dan mebel di Indonesia. Padahal, kualitas produk industrinya sudah terkenal di mancanegara. Industri mebel adalah komoditas terpenting selain tenun troso, konveksi, keramik / tembikar. Potensi dan pengembangan industri furnitur di Kabupaten Jepara adalah yang paling menonjol di Wilayah Tahunan, yang ditunjukkan oleh keberadaan 32 industri besar, 196 industri menengah dan 1.973 industri kecil yang tersebar di seluruh desa.

Proses kelahiran Jepara sebagai kota ukiran telah melewati periode sejarah dimulai pada saat tempat kelahiran Islam pertama di Demak. Pada waktu itu, Jepara telah digunakan sebagai pelabuhan utara selain pusat perdagangan dan pangkalan armada perang begitu banyak imigran dari Tiongkok. Kedua, peran Ratu Kalinyamat sangat besar dalam mengembangkan ukiran Jepara dengan bukti jejak ornamen ukiran batu di Masjid Mantingan. Dan, yang terakhir adalah peran Raden Ajeng Kartini yang sangat besar dalam mempromosikan ukiran Jepara di luar negeri (Gustami, 2000).

Selanjutnya, era pendidikan saat ini di Jepara didukung oleh lembaga pendidikan yaitu STM Negeri Majoring Carving Decoration yang selanjutnya adalah Sekolah Menengah Bidang Industri Kerajinan (SMIK) Aspek inovasi produk horizontal dengan penciptaan desain dirancang oleh peneliti untuk berfungsi sebagai ornamen murni untuk interior rumah atau kantor. Inovasi dilakukan melalui penggunaan variasi dekorasi Mantingan pada hiasan dinding melalui perubahan skala ukiran dari ukuran kecil asli ke ukuran lebih besar yang akan menghasilkan kesan ekspresi yang megah dan kuat serta berwibawa.

Untuk memfasilitasi perwujudan sketsa terbaik yang telah dipilih, perlu untuk menggambar karya dengan menghitung ukuran melalui skala tertentu dan memvisualisasikan depan, samping, dan atas. Berikutnya adalah proses konkretisasi kerajinan dua dimensi menjadi tiga dimensi. Produk tiga dimensi yang berhasil diwujudkan adalah dua potong dekorasi interior berupa lingkaran jati berukuran 80 cm x 80 cm dengan bagian tengah terdapat ukiran bermotif ragam hias Mantingan.

Proses pembuatan patung dengan menggunakan ornamen Mantingan meliputi bahan step insipan, membuat desain, ukiran, dan penyelesaian akhir. Prosesnya dimulai dengan pemilihan kayu jati sebagai bahan ukiran dan alat mulai dari pahat, gergaji, dan bantuan dalam bentuk palu (gandhen), pensil, dan batu. Proses pemindahan desain dari desain dua dimensi ke kayu dilakukan dengan desain diperbesar melalui fotokopi sehingga 1: 1 dengan bidang papan jati.

Hasil fotokopi kemudian ditempelkan dengan lem pada permukaan kayu. Proses pembuatan ukiran dekorasi interior Mantingan terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama adalah membuat arketipe yaitu bidang jati yang akan dibentuk untuk diukir dengan mengurangi bagian-bagian kayu yang tidak dibutuhkan. Lanjutan proses "nggetaki" adalah memahat batas-batas gambar menyesuaikan pola desain.

Langkah selanjutnya adalah membuat dasar ukiran, yaitu membuat bentuk global dengan menentukan ukiran dan ukiran yang dalam atau tebal secara keseluruhan terlebih dahulu, tetapi tahap-tahap ukiran masih sederhana. Pembentukan pola ukiran dilakukan dengan menyesuaikan karakteristik masing-masing motif, yaitu membuat permukaan permukaan kayu dan membentuk permukaan kayu untuk membentuk motif ukiran yang diinginkan.

Langkah ketiga adalah "nggrabahi" yang berarti membentuk gambar atau motif ukiran walaupun masih kasar, bentuk tersebut telah mengungkapkan ragam hiasnya sehingga dapat mulai terlihat pada keseluruhan motif yang teraktualisasi atau terwujud meski belum halus dan detail. . Langkah selanjutnya, "matuti" untuk menghaluskan bentuk motif ukiran yang masih kasar dan memberi isen-isen pada ukiran. Pada tahap ini, pengukir membuat bentuknya sedetail mungkin, sehingga tulang daun, lekuk daun, dan ornamen geometris terlihat jelas.

Langkah terakhir adalah penyelesaian akhir yang bertujuan untuk membuat dekorasi interior Mantingan menjadi lebih indah, menarik, dan mengagumkan.

Uji coba skala kecil bertujuan untuk meningkatkan prototipe tiga dimensi, terutama karakteristik formal dari bentuk formal, setelah uji coba skala kecil prototipe direvisi untuk diuji ke tingkat yang lebih luas. Karena menggunakan tes, prototipe dibuat lebih kecil dari ukuran idealnya. Indikator kualitas produk seni kerajinan adalah efisiensi dan desain produksi, identitas identitas lokal, inovasi dan potensi pasar, dan penampilan akhir.

Skala kecil ini dilakukan di beberapa galeri kerajinan ukiran di Jepara yang melibatkan sejumlah responden. Responden adalah pemilik galeri, pelanggan yang menjadi pengunjung di galeri, serta masukan dari pakar kerajinan seni kayu. Penulis menggunakan diameter ukiran 40 cm tanpa menggunakan bingkai bundar yang memiliki lebar sisi bidang terukir 20 cm luar. Karena karya seni, pendekatan yang digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pekerjaan.

Untuk mengetahui kualitas desain Apakah ukiran itu sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, penulis menggunakan kuesioner yang didistribusikan kepada pelanggan yang lebih suka membaca sementara dan mendukung.

Eksplorasi Desain Inovasi Vertikal: -

Eksplorasi inovasi vertikal yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan pengembangan produk melalui peningkatan kualitas bentuk, teknik, bahan dan presentasi. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada pengembangan produk yang memiliki kelebihan bentuk produk, terutama bentuk yang indah, mengekspresikan sesuatu, dan menyiratkan nilai-nilai budaya lokal dan kemudahan selama proses produksi.

Tahapan Pasca Desain: -

Untuk memfasilitasi perwujudan sketsa terbaik yang telah dipilih, perlu untuk menggambar karya dengan menghitung ukuran melalui skala tertentu dan memvisualisasikan depan, samping, dan atas. Berikutnya adalah proses konkretisasi kerajinan dua dimensi menjadi tiga dimensi. Produk tiga dimensi yang berhasil diwujudkan adalah dua potong dekorasi interior berupa lingkaran jati berukuran 80 cm x 80 cm dengan bagian tengah terdapat ukiran bermotif ragam hias Mantingan. Proses pembuatan patung dengan menggunakan ornamen Mantingan meliputi bahan step insipan, membuat desain, ukiran, dan penyelesaian akhir.

Prosesnya dimulai dengan pemilihan kayu jati sebagai bahan ukiran dan alat mulai dari pahat, gergaji, dan bantuan dalam bentuk palu (gandhen), pensil, dan batu. Proses pemindahan desain dari desain dua dimensi ke kayu dilakukan dengan desain diperbesar melalui fotokopi sehingga 1: 1 dengan bidang papan jati. Hasil fotokopi kemudian ditempelkan dengan lem pada permukaan kayu.

Proses pembuatan ukiran dekorasi interior Mantingan terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama adalah membuat arketipe yaitu bidang jati yang akan dibentuk untuk diukir dengan mengurangi bagian-bagian kayu yang tidak dibutuhkan. Lanjutan proses "nggetaki" adalah memahat batas-batas gambar menyesuaikan pola desain. Langkah selanjutnya adalah membuat dasar ukiran, yaitu membuat bentuk global dengan menentukan ukiran dan ukiran yang dalam atau tebal secara keseluruhan terlebih dahulu, tetapi tahap-tahap ukiran masih sederhana.

Pembentukan pola ukiran dilakukan dengan menyesuaikan karakteristik masing-masing motif, yaitu membuat permukaan permukaan kayu dan membentuk permukaan kayu untuk membentuk motif ukiran yang diinginkan. Langkah ketiga adalah "nggrabahi" yang berarti membentuk gambar atau motif ukiran walaupun masih kasar, bentuk tersebut telah mengungkapkan ragam hiasnya sehingga dapat mulai terlihat pada keseluruhan motif yang teraktualisasi atau terwujud meski belum halus dan detail.

Langkah selanjutnya, "matuti" untuk menghaluskan bentuk motif ukiran yang masih kasar dan memberi isen-isen pada ukiran. Pada tahap ini, pengukir membuat bentuknya sedetail mungkin, sehingga tulang daun, lekuk daun, dan ornamen geometris terlihat jelas. Langkah terakhir adalah penyelesaian akhir yang bertujuan untuk membuat dekorasi interior Mantingan menjadi lebih indah, menarik, dan mengagumkan

Posting Komentar untuk "Proses pembuatan ukiran dekorasi interior Mantingan"