Beramal tanpa Ilmu adalah sia-sia
Sekarang ini banyak yang tidak mau belajar agama, bahkan terdapat propaganda agar tidak islam pobia. Hal ini akhirnya menjadi berlebihan sehingga banyak generasi muda yang enggan belajar islam. belajar ilmu agama yang dloruri. Padahal ketika kita beramal tanpa ilmu, yaitu tanpa mengetahui kaifiyat beramal tersebut maka akan sia-sia belaka. Bahkan jika beramal tanpa ada iman kepada Allah juga tidak akan bernilai sama sekali.
Imam al-Bukhari menuturkan di dalam Shahih al-Bukhari :
"باب العلم قبل القول والعمل"
[Bab : al-'Ilm-i Qabl-a al-Qawl-i wa al-'Amal].
Ini adalah suatu isyarat yang sangat penting yang menunjukkan keutamaan ilmu agama, agar seseorang memprioritaskan ilmu (yakni kayfiyyah yang benar) untuk melakukan amal-amal shaleh, seperti shalat, dzikr, membaca al-Qur'an, shalawat, puasa, zakat, umrah/haji dan lainnya. Jika seseorang melakukan hal tersebut, yaitu beramal tanpa bekal ilmu yang memadai untuk shahnya amal tersebut, maka rusaklah amal tersebut. Dan inilah yang terjadi dilakukan banyak orang pada zaman ini.
Sudah banyak dan tidak sedikit orang yang menyangka telah melakukan amal kebaikan, ketaatan, padahal sesungguhnya mereka dalam pandangan syari'at berada dalam kema'shiyatan namun mereka tidak menyadari hal tersebut, seperti mereka yang tahriif dlm mngucapkan kalimat dzikr, shalawat-salam, saat sebagian mereka membaca surah al-Fatihah, yang mana tahriif semacam itu banyak orang lakukan pada zaman ini.
Habib Abdullah al-Haddad -radhiyallaahu 'anhu- menuturkan dalam beberapa kitabnya tentang bahaya besar yang menimpa orang yang jahil terhadap pokok-pokok ilmu agama, diantaranya disebutkan dalam Risalah al-Mudzakarah :
"Seseorang yang jahil itu (yakni orang yang tidak mengetahui kayfiyyah; cara yang benar dalam beramal) dipastikan akan meninggalkan amal-ketaatan dan dipastikan ia akan tergelincir dalam perkara maksiat, dengan ia sadari ataupun tidak ia sadari......"
"....والجاهل واقع في ترك الطاعات وفعل المعاصي، شاء ام ابى......."
Salah seorang guru kami yang utama, Mu'allim K.H. M. Syafi'i Hadzami Jakarta (w. 2006), [Ketua Umum MUI Prop. DKI Jakarta pd th 1990- 2000] menuturkan :
"....tiap-tiap amalan dari pada ibadat ataupun mu'amalat, wajiblah atas siapa-siapa yang akan melakukannya mengetahui kayfiyyatnya lebih dahulu, dan tidak shah sesuatu dari padanya tanpa mengetahui ilmunya, adalah sia-sia, tidak diterima."
sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Syekh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya :
"فكل من بغير علم يعمل # اعماله مردودة لا تقبل"
[Fakullu man bi ghayri 'ilmin ya'malu # a'maaluhuu marduudatun laa tuqbalu],
artinya : dan tiap-tiap orang yang beramal tanpa ilmu, segala amalnya itu ditolak, tidaklah diterima.
Tawdhih al-Adillah, jilid 3, hlm. 207 - 208.
Terlebih lagi jika seorang muslim ini berkata atau berfatwa tanpa ilmu, dia akan terjatuh ke dalam dosa yang dalam. Oleh karena itu, seorang muslim seyogyanya berhati-hati untuk berfatwa, atau memberi pandangan terhadap agama, atau juga menyampaikan hukum. Hal ini akan sangat berbahaya jika berfatwa tanpa ilmu, jadi jangan mencoba menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh seseorang kepadamu. Jangan menjadi malu untuk mengatakan "ﻻ ﺃﺩﺭﻱ" atau "la adri" atau "saya tidak tahu" jika benar kita tidak mengetahui hukum dan permasalahannya.
Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
من أفتى بغير علم لعنته ملائكة السماء و الأرض.وراه الحافظ ابن عساكر في تاريخه.
Maknanya adalah "Barangsiapa berfatwa atau menyampaikan hukum agama tanpa didasari ilmu yang benar maka dia akan dilaknat oleh para malaikat yang berada di langit dan juga di bumi". (Diriwayatkan oleh al-Hafiz Ibn 'Asakir dalam kitabnya Tarikh Ibn 'Asakir, 52/20).
Sayyiduna 'Ali ibn Abi Tolib ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ berkata:
وابردها على الكبد أن أسأل عن شيئ لا علم لي به فأقول لا أدري رواه الحافظ ابن حجر
Maknanya: "Alangkah tenangnya hati ini ketika aku ditanya tentang sesuatu yang tidak aku ketahui, lalu aku jawab: aku tidak tahu (la adri)".
([Diriwayatkan oleh al- Hafiz Ibn Hajar al-'Asqalani dalam takhrijnya ke atas kitab Mukhtasor Ibnil-Hajib al-Asli, j. 1, hlm. 15])
Diriwayatkan juga daripada Haytham ibn Jamil (murid al-Imam Malik) bahawa al-Imam Malik pernah ditanya tentang 48 permasalahan, akan tetapi beliau hanya menjawab 16 pertanyaan saja dan selebihnya beliau mengatakan "saya tidak tahu". ([Diriwayatkan oleh Ibn ^Abdil-Barr dalam kitabnya al-Tamhid, j. 1, hlm. 58])
Dari sini dapat diambil ibarohnya bahwa orang yang se-masyhur dan se-alim Sayyiduna 'Ali dan juga al-Imam Malik pun mengatakan "saya tidak tahu", maka bagaimana dengan kita yang jauh dari kelimuannya? Keilmuan kita jauh lebih rendah kyai kyai kita di daerah apalagi dengan al-Imam Malik dan jikalau dibandingkan dengan Sayyiduna 'Ali, sungguh tak tahu malu ini. Sungguh, dengan mengetahui seperti ini, janganlah kita memaksakan diri kita untuk jawab pertanyaan para jamaah sementara kita ini tidak tahu permasalahannya dan juga jawaban yang sebenarnya.
Jangan merasa malu ketika mengatakan "saya tidak tahu" di hadapan jamaah. Ini kerana fatwa dan hukum yang anda sampaikan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak..
Wallahu a'lam.
Posting Komentar untuk "Beramal tanpa Ilmu adalah sia-sia"