Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ornamen Ukiran Jepara Butuh Revitalisasi

Jepara dikenal sebagai kota ukiran karena industri mebel dan kerajinan hampir tersebar merata di seluruh kabupaten. Namun seiring berjalannya waktu, mulai 2008 kinerja ekspor furnitur Indonesia, kurang agresif dengan Cina, Tahiland, Vietnam, dan Filipina dengan inovasi kreatif. Berbagai industri kreatif di Jepara mulai goyah. Akibatnya banyak produsen tidak dapat bertahan hidup dan ada sehingga banyak pengrajin menghentikan produksi, mengurangi pekerja, menyewakan, melumpuhkan atau menjual pabrik.

Tampaknya berbagai masalah mulai muncul, mulai dari individualitas berketerampilan tinggi, finishing, pemasaran informatif, dan layanan pelanggan, dan pengalaman produk unik dari penurunan kualitas. Peningkatan kualitas bahan baku sudah mulai menurun

Baca: Kaligrafi Surat Asy Syamsi Ukiran Kayu Jati

Dalam hal patung Jepara, penulis berasumsi bahwa rendahnya kualitas desain kerajinan tangan lebih disebabkan oleh pengrajin yang kurang kreativitas dan inovasi dalam pengembangan. Pengrajin seringkali hanya memiliki satu persepsi bahwa ornamen lokal Jepara pada umumnya hanya memiliki gaya arus utama yang ditandai oleh sulur tanaman dan burung dalam gaya naturalistik dan bergaya.

Sedangkan kekayaan ornamen Jepara lokal yang melekat pada dinding ukiran masjid Mantingan Jepara sangat bervariasi. Motifnya meliputi gunung, geometris, pohon, panah, bunga, dan kera dengan ekspresi Jepara yang khas. Jika motif-motif di luar arus utama diproses dengan berbagai gaya distorsi, deformasi, dan transformasi yang didukung oleh teknik ukiran dan kerawang cekung tipis, maka akan menghasilkan desain yang luar biasa dengan pola berlimpah.

Bahkan untuk mengejar pasar pasar global, mereka sering terjebak untuk mengadopsi atau menginspirasi dari desain kerajinan tangan Barat. Meskipun perajin menerapkan dekorasi dari daerah lain di nusantara, mereka tidak mengerti visi yang jelas. Mereka tidak mengoptimalkan kekayaan ragam hias budaya Jepara itu sendiri. Ornamen lokal tidak memiliki keberanian untuk dieksplorasi lagi oleh pengrajin dengan alasan takut kehilangan nilai identitas. Rupanya, ragam hias Jepara sebagai substansi lokalitas lebih diposisikan sebagai benda sakral yang mengakibatkan keengganan atau ketakutan untuk mengubahnya.

Baca: Kaligrafi Wayang Semar kirim Ke Keraton Jogjakarta

Gaya desain yang cenderung stagnan dari tahun ke tahun mengakibatkan hasil kerajinan terkesan monoton, statis, kaku, dan kurang dinamis. Padahal tuntutan gaya desain berkembang sangat cepat dan mudah diubah. Moto di industri kreatif sekarang desain baru no busssines untuk benar-benar menghantam industri kerajinan kreatif di Jepara.

Dalam hal ini, dekorasi lokal, terutama dekorasi Mantingan kurang berani dieksplorasi oleh perajin. Alasannya adalah ide, imajinasi, dan ide pengrajin masih cenderung linier yang selalu berproduksi dengan menyalin desain yang ada berulang kali. Tidak ada inovasi baru untuk produk yang sudah ada. Padahal jika suatu produk akan bernilai penjualan tinggi jika memiliki desain yang sangat artistik dan estetika sehingga seseorang menjadi lebih terkesan dan tertarik dengan desain tersebut. Faktor fungsional bahkan menjadi sekunder.

Dalam konteks itu, tampaknya perlu untuk mengembangkan kerajinan tangan di Jepara melalui revitalisasi dekorasi khas lokal, terutama varietas Masjid Mantingan. Gaya Dekorasi Mantingan sebagai teks lokal dalam arti ini adalah motif atau dekorasi yang menjadi identitas Jepara, terutama yang belum diterapkan pada seni ukir Jepara.

Sedangkan teks-teksnya, jika dijadikan materi pokok dalam patung Jepara melalui penataan ulang ornamen Masjid Mantingan dalam komposisi baru atau saling terkait keberadaannya dengan berbagai dekorasi lain baik tradisional maupun modern, sehingga ada pencampuran genre, generasi atau konteks maka aksi desain seni ukir akan memiliki solusi. Ornamen masjid mantingan yang merupakan gaya periode tradisional atau lokal yang perlu dicampur dengan hiasan yang lagi-lagi ngetrend agar menghasilkan kesegaran dalam desain dan keharmonisan zaman dengan tetap mencirikan lokalisasi.

Baca : Sketsel Kaligrafi Surat Yasin Ukiran

Berdasarkan langkah prinsip, penelitian yang akan dilakukan adalah mempelajari dekorasi lokal dan kerajinan tradisional, untuk memetakan kebutuhan pelanggan terhadap kerajinan yang diinginkan. Dengan pemetaan tersebut, penelitian melanjutkan pengembangan patung Jepara agar era lebih berkualitas dan selaras sehingga dihasilkan prototipe-prototipe kerajinan yang sebenarnya didasarkan pada ornamen lokal yang lebih dinamis.

Temuan ini kemudian diuji lebih luas untuk mendapatkan perbaikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung industri kreatif agar bermanfaat bagi kesejahteraan pengrajin dan penjual di Jepara. Oleh karena itu, potensi desain yang unik dan sangat prospektif perlu segera diaktualisasikan baik dalam bentuk prototipe 2 dimensi dan 3 dimensi.

Masalahnya terletak pada: (1) Ornamen patung Jepara umumnya mengalami stagnasi dalam penjualan sehingga perlu pemahaman tentang sistem pewarisan keterampilan ukiran Jepara, terutama di bidang pengembangan dekoratif, (2) belum ada kegiatan yang berfokus pada optimasi program potensi dekoratif Mantingan sebagai materi seni ukir ornamen, dan (3) perlu dibuat prototipe dua dimensi dan ukiran tiga dimensi untuk memberikan gambaran bentuk seni hias yang memanfaatkan dekorasi Mantingan sebagai upaya menyelesaikan solusi untuk masalah tersebut.

Posting Komentar untuk "Ornamen Ukiran Jepara Butuh Revitalisasi"