Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dekorasi Masjid Mantingan memiliki Gaya Islam

Studi literatur dilakukan oleh penulis untuk mengetahui konsep keindahan masa kini dan ragam hias Mantingan Jepara. Keindahan masa kini didasarkan pada keindahan diperoleh dengan meneruskan bentuk-bentuk dari gaya tradisi dan gaya modern ke arah yang lebih baru.

Dekorasi di masjid Mantingan memiliki gaya Islam atau Arab, Cina dan Hindu yang dikombinasikan dengan gaya yang sangat menarik dan unik.

Pertama, pola dekoratif Islami yang ditandai dengan dekorasi geometris jalinan dan kaligrafi. Motif ini menurut umat Islam dikenal motif Arab. Kedua, hiasan dengan motif tanaman termasuk pemandangan alam dan motif figuratif seperti binatang tampaknya mendominasi. Motif tanaman seperti tanaman merambat (semangka, markisa, dan labu air) dan motif teratai atau teratai. Motif bentang alam seperti bukit, gunung, bukit karang, gerbang, rumah dan lingkungannya.

Motif figuratif menggambarkan sosok seperti manusia, unggas, kelelawar, kuda, kijang, kera, kepiting, dan gajah. Motif burung jika diidentifikasi memiliki kesamaan dengan burung beo, burung merak, dan burung imajinatif dari burung phoenix. Sedangkan burung yang lebih kecil adalah jenis emprit dan gelatik. Keunikan bentuk figuratif adalah penyamaran yang sangat berhasil dilakukan dengan baik sebagai cara atau solusi untuk menghindari larangan makhluk hidup dan dianggap sebagai strategi penyebaran adaptasi Islam pada waktu itu

Kondisi Desain Kerajinan di Jepara:

Saat ini, lebih banyak produk yang didominasi ukiran daripada minimalis. Ini membuktikan bahwa kerajinan ukir adalah ujung tombak tingkat penjualan kerajinan secara umum di Jepara. Ukiran memiliki tema binatang, pohon, buah-buahan, bunga, binatang, tanah, udara, air, dan peralatan perkakas sehari-hari. Gaya minimalis hanya berperan sebagai daya dukung semata. Orientasi pembeli lokal dan asing masih pada kerajinan ukiran karena masih memiliki ekspresi aura. Tidak ada yang mencoba untuk mengeksplorasi masjid Mantingan Jepara sebagai subjek dalam karya kerajinan yang dihasilkannya. Pendekatan motif asli masih terbatas pada sulur-sulur.

Deskripsi Kebutuhan Kerajinan:

Tuntutan diversifikasi produk yang diinginkan adalah desain kerajinan baru yang diukir dengan mengoptimalkan potensi lokal tetapi mampu bergaya kontemporer. Dalam konteks itu, yang terjadi adalah para pengrajin tidak pernah menggunakan masjid Mantingan sebagai sumber inspirasi karena ketidakmampuan untuk mengungkap eksplorasi ide kearifan lokal baik pada level paradigma atau bentuk ide.

Proses Warisan Seni Kerajinan Ukir di Jepara: -

Secara umum, warisan dari kemampuan untuk mengukir adalah proses pembudidayaan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan budaya yang bermakna bagi generasi mendatang untuk dipertahankan dan dipertahankan di masa depan. Tujuannya adalah untuk melengkapi keterampilan dalam membuat seni ukiran kayu untuk pengrajin sebagai modal kerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan seni ukiran kayu sebagai warisan budaya harus dilindungi, dipelihara dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya di masa depan.

Sistem pewarisan kemampuan ukiran antar generasi masih dilakukan dalam pola kekeluargaan dan informal, terutama selama proses pengerjaan ukiran di studio atau tempat produksi melalui proses nyantrik (belajar sambil bekerja) dan lingkungan. Mayoritas komunitas pengrajin ukiran Jepara biasa mengukir selfteless atau mereka yang mengukir dari generasi ke generasi karena faktor lingkungan atau budaya yang berkembang di masyarakat. Metode yang digunakan dalam proses pendidikan seni ukir di Jepara adalah demonstrasi, pemodelan dan internalisasi. Pengembangan Kerajinan Tangan karya melalui Pengembangan Ragam Hias Mantingan menuju Kehadiran

Fase Pra Desain: Pengaturan Konsep: -

Berdasarkan referensi di atas, eksplorasi desain ini adalah memodifikasi dekorasi Mantingan agar bergaya dengan konsep inovasi konsep inovasi vertikal, inovasi horizontal dan inovasi geografis. Konsep inovasi horizontal lebih disukai karena produk ukiran dapat dibuat dalam produk fungsional dan dekoratif dalam varian tingkat tinggi. Diversifikasi horisontal dapat secara luas diklasifikasikan menjadi tiga produk seni ukir yaitu benda ukiran fungsional, benda dekoratif estetika, dan benda simbolis baik pada benda fungsional atau benda dekoratif.


Konsep inovasi vertikal adalah pengembangan produk dengan meningkatkan nilai kualitas daripada kuantitas. Kualitas yang didefinisikan dalam suatu produk adalah kualitas bentuk, kualitas teknik, kualitas bahan dan kualitas penyajian. Inovasi geografis menggabungkan lebih banyak ornamen Mantingan dengan berbagai motif Nusantara dan motif internasional. Penulis menggunakan konsep fleksibilitas dalam mendesain proses pembuatan yang selalu dialektis dalam menyatukan nilai lokalitas dengan nilai-nilai masa kini dengan tidak terperangkap dalam posisi estetika modern dan tradisional.

Metodologi Penelitian;

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D). Lokasi penelitian difokuskan di Jepara terutama di masjid Mantingan, pusat produksi dan penjualan ukiran di Jepara. Subjek penelitian ini adalah mantingan Jepara dekoratif dan hiasan dinding sebagai produk kerajinan ukir. Tahap penelitian ini mencakup fase pengenalan dan pengembangan. Tahap pendahuluan meliputi studi literatur dan survei kebutuhan.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner serta fokus pada diskusi kelompok. Analisis data induktif dilakukan dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin di tingkat lapangan, kemudian dilakukan pengurangan, dan menarik kesimpulan dan siklus interaktif. Tahap pengembangan pada tahun pertama ini adalah langkah penciptaan, rekayasa, eksplorasi desain dekorasi dinding kontemporer dalam tiga langkah. Tahapan mulai pra-desain, desain, dan pasca-desain untuk menghasilkan prototipe 2 dimensi dan prototipe 3 dimensi yang dalam prosesnya melibatkan Evaluasi Produk dari Wawancara Pengguna Ahli, Wawancara Stakeholder.

Posting Komentar untuk "Dekorasi Masjid Mantingan memiliki Gaya Islam"