Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Kaligrafi Huruf Nun

Dikisahkan dari sebuah Kisah Seorang Imam yang bernama DZUN-NUN AL-MISHRI.

Imam ini bernama asli Al Imam Tsawban bin Ibrahim. Beliau adalah termasuk salah satu pembesar ulama' sufi pada zamannya. Imam Dzun Nun ini sangat ahli dalam menggabungkan antara ilmu dan amal. Beliau belajar hadits secara talaqqi kepada gurunya yang bernama Al Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas dan guru-guru lainnya.

Selain ahli agama, Imam Tsawban atau disebut dzun nun ini juga dikenal sebagai ahli pengobatan dari gangguan jin dan makhluk halus, yaitu ahli supranatural atau jaman sekarang dikenal ahli metafisika. Gelar Dzun-Nun ini lah yang didapat dari keahliannya ini dengan sudah melanglang jam terbangnya. Kata NUN berasal dari kaligrafi yang sering ditulis pada saat keahliaannya ini dipakai. 

Dikisahkan bahwa setiap kali ada orang yang mengalami gangguan jin atau kesurupan atau gangguan sejenisnya, Imam Tsawban senantiasa menuliskan huruf NUN tepat pada dahi orang tersebut. Dan Alhamdulillaah, dengan idzin Allaah Ta'ala, makhluk jin yang telah mengganggu orang tersebut keluar dari tubuh orang tersebut dan segera lari dan kabur. Oleh karena itu, masyarakat menjuluki beliau sebagai Dzun-Nun yang bermakna sang empunya huruf NUN.

Dikisahkan pula pada suatu hari, datang satu rombongan ke rumah Imam Dzun-Nun Al-Mishri dengan membawa salah satu anggota keluarga mereka yang kesurupan atau yang mengalami gangguan jin. Rombongan itu berharap jin tersebut segera pergi dari tubuh anggota keluarganya tersebut. Namun, ternyata saat itu, Al Imam Dzun-Nun sedang bepergian. Akhirnya salah satu dari santri beliau mencoba untuk membantu mengobatinya sesuai apa yang dilakukan gurunya. Karena sering mengamati kyainya ketika mengobati pasiennya yang kesurupan, ia pun dengan sangat yakin bisa melakukan hal yang sama seperti gurunya, Dzun Nun. Santri tersebut langsung menuliskan huruf NUN tepat pada dahinya, sambil mulutnya merapal doa-doa.

Alhasil, bukannya takut, jin yang bersarang itu justru meledek santri Imam Dzun-Nun dan berkata:

"النون هي النون، ولكن الكاتب ليس بذي النون"

"Emang yang ditulis huruf NUN, tapi kan yang nulis bukan Dzun-Nun"

Dari cerita ini pula dapat diambil faedah bahwa seorang santri jika belum mendapatkan ijazah atau ijin dari gurunya dalam melakukan sesuatu maka belum bersambung sanad muttasilnya. sehingga kekuatan yang ada dalam huruf nun tidak bisa menyamai dari gurunya tersebut.

Salah satu perkataan Imam Dzun-Nun Al-Mishri yang masyhur adalah

"مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك"

"Apapun yang terlintas dalam benak pikiranmu, maka Allaah Ta'ala tidak serupa dengan itu."

Karena akal pikiran kita adalah makhluk dan baharu, maka segala yang terlintas juga baharu. Tidak mungkin akal pikiran kita bisa menjangkau hakikat Dzat Allaah, Al-Khaliq (yang maha menciptakan segala sesuatu). Dia maha suci dari tempat dan arah. Maha suci dari keserupaan.

Posting Komentar untuk "Kisah Kaligrafi Huruf Nun"